Semakin berkembangnya peradaban di seantero
belahan bumi yang kita tinggali. Menjadikan ilmu pengetahuan (sains) sebagai
hal yang sangat penting dan harus di miliki dalam setiap diri masing-masing. Sehingga
membuat para pengemban ilmu berlomba-lomba menguasai berbagai ilmu dan
pengetahuan. Bukan hanya untuk keperluan pendidikan ataupun pengajaran saja,
akan tetapi juga sebagai warisan yang dapat diteruskan maupun dikembangkan
nantinya diwaktu mendatang.
Salah satu ilmu yang hampir banyak ilmuwan
menguasainya adalah tentang astronomi, ilmu ini berkaitan erat dengan ilmu
falak karena Ilmu Falak adalah Ilmu Astronomi. Dilansir dari Wikipedia, Ilmu
Falak adalah ilmu yang mempelajari lintasan benda-benda langit-khususnya bumi,
bulan, dan matahari-pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk diketahui
posisi benda langit antara satu dengan lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu
di permukaan bumi.
Berbeda dengan Ilmu sains, Ilmu falak lebih
dikenal dengan keislamannya, karena sejak dahulu Umat Muslim telah menerapkan
Ilmu Falak ini. Sejarah Ilmu falak adalah dari Para Anbiya’ (Nabiyullah),
dan sudah tentu jelas Ilmu Allah. Di dalam Islam, ilmu Falak ini lebih familiar
disebut dengan Ilmu Hisab.
Nabi Idris dan juga Nabi Ibrahim adalah Nabi yang telah diperintahkan untuk melihat alam semesta. Dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 75 – 79, Allah SWT berfirman:
Yang
artinya:
75. Dan Demikianlah Kami
perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (kami yang terdapat) di langit
dan bumi dan (kami memperlihatkannya) agar Dia Termasuk orang yang yakin.
76. Ketika malam telah gelap, Dia
melihat sebuah bintang (lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi
tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka kepada yang
tenggelam."
77. Kemudian tatkala Dia melihat
bulan terbit Dia berkata: "Inilah Tuhanku". tetapi setelah bulan itu
terbenam, Dia berkata: "Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk
kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat."
78. Kemudian tatkala ia melihat
matahari terbit, Dia berkata: "Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar".
Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: "Hai kaumku, Sesungguhnya
aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.
79. Sesungguhnya aku menghadapkan
diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada
agama yang benar, dan aku bukanlah Termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Bahasan Ilmu
Falak yang dipelajari dalam Islam adalah yang ada kaitannya dengan pelaksanaan
ibadah, sehingga pada umumnya ilmu Falak ini mempelajari 4 bidang, yakni:
Pada zaman dahulu arah kiblat tidak
diperdebatkan seperti halnya sekarang ini, yang penting menghadap ke kiblat.
Namun dikarenakan kemajuan teknologi ini membuat permasalahan baru untuk
membenarkan arah kiblat.
Para peneliti menemukan kurang lebih 7%
masjid di Indonesia, arah kiblatnya salah. Lebih dari itu, kita bisa mengetahui
tempat yang paling susah untuk menghadap kiblat yaitu di Makkah. Karena setiap
jangkauan ataupun sudut sudah berbeda arah kiblatnya.
Faktor apakah yang bisa membuat arah kiblat
ini berubah? Segalanya bisa terjadi, termasuk bergantinya arah kiblat yaitu
karena peristiwa alam, seperti gempa bumi dan lainnya.
Falak dalam
Sunnah Rasul mencakup beberapa pembahasan:
1. Hilal; Hilal sebagai penentu awal bulan Islam (Hijriyah)
2. Syuruq, Istiwa, dan Ghurub
Alasan kenapa tidak bolehnya shalat pada waktu itu (syuruq
dan ghurub) karena matahari terbit dan tenggelam tepat diantara dua tanduk
syeitan.
Waktu Istiwa juga seperti waktu dinyalakannya
api neraka pada saat itu.
3. Awal bulan
Hasil urgent dari Ilmu Falak yang sampai
sekarang masih kita gunakan adalah Kalendar. Inilah bukti jelas pentingnya Ilmu
Falak. 400 tahun sebelum masehi sudah terjadi kalendar tunggal. Sedangkan 200
tahun sebelum masehi diketahui bumi mengelilingi matahari.
4. Gerhana
Tercatat sepanjang tahun 2017, telah terjadi 4 kali gerhana.
a. 11 Februari 2017 : Gerhana Bulan Penumbra
b. 26 Februari 2017 : Gerhana Matahari Cincin
c. 7-8 Agustus 2017 : Gerhana Bulan Parsial
d. 21 Agustus 2017 : Gerhana Matahari Total
Sayangnya hanya satu gerhana yang bisa
dilihat dari Indonesia, yaitu Gerhana Bulam Parsial. Walaupun begitu, di tahun
2018 ini telah terjadi Gerhana Bulan Total yang familiar disebut sebagai Super Blood Moon. Dan gerhana bulan total juga akan kembali terlihat di Indonesia
yaitu Mini Moon.
Permasalahan yang sekarang tengah beredar
adalah tentang pentingnya Ilmu Falak yang hampir termakan Era Digital di masa
modernitas ini. Kita harus selalu mengingat bahwa Falak adalah Ilmu alat /
Jalan. Dan Ilmu Falak adalah adalah sesuatu yang sangat urgent.
Menurut Scientific, jumlah bintang dilangit
bisa mencapai 200-300 miliar. Adakah alat yang bisa menghitung jumlah
tepatnya? Sampai saat ini belum pernah ada, atau bahkan mungkin hingga
menjelang hari Akhir tak ada satupun alat yang bisa menghitung jumlahnya dengan
tepat.
Argument mereka ini, telah disebutkan didalam
Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 142:
Yang
artinya:
142. Orang-orang yang kurang
akalnya[1]
diantara manusia akan berkata: "Apakah yang memalingkan mereka (umat
Islam) dari kiblatnya (Baitul Maqdis) yang dahulu mereka telah berkiblat
kepadanya?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah-lah timur dan barat; Dia
memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya ke jalan yang lurus"[2].
143. Dan demikian (pula) Kami
telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan[3]
agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad)
menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. dan Kami tidak menetapkan kiblat yang
menjadi kiblatmu (sekarang) melainkan agar Kami mengetahui (supaya nyata) siapa
yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. dan sungguh (pemindahan kiblat)
itu terasa Amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh
Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.
144. Sungguh Kami (sering)
melihat mukamu menengadah ke langit[4],
Maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah
mukamu ke arah Masjidil Haram. dan dimana saja kamu berada, Palingkanlah mukamu
ke arahnya. dan Sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al
kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram
itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa
yang mereka kerjakan.
Didalam Al-Qur’an benda-benda langit banyak
disebutkan didalamNya dan bukan hanya sekali ataupun dua kali. Bahkan
disebutkan sampai berkali-kali.
Disebut dalam Al-Qur’an
|
Dijadikan Nama Surat
|
Dijadikan Alat Sumpah
|
|
Matahari
|
43 kali
|
As-Syams
|
والشمس وضØـها |
Bumi
|
427 kali
|
-
|
والقمر إذا تلاها |
Bulan
|
48 kali
|
Al-Qamar
|
والأرض وما Ø·Øـها |
Bintang
|
25 kali
|
An-Najm
|
والنجم إذا هوى |
Dari paparan diatas, kita harus menyadari
keadaan. Sadar akan diri sendiri dan juga sadar akan posisi kita. Kita harus
menyadari bahwa “Matahari itu ada dibawah dan Bumi ada diatas”.
Bersumber dari Ustadz Imam Iskarom, Lc sebagai
Dosen Falak UNIDA Gontor, Ustadz Hendro Setyanto, M.Si sebagai Direktur Observatorium
Imah Noong Lembang, dan Ustadz A.R. Sugeng Riadi, S.Pd, M.Ud sebagai Pengasuh Observatorium
CASA.
Artikel ini ditulis berdasarkan pada Seminar Nasional
Ilmu Falak yang diadakan Universitas Darussalam GONTOR pada tanggal 6 April 2018.
[1] Maksudnya: ialah orang-orang yang kurang
pikirannya sehingga tidak dapat memahami maksud pemindahan kiblat.
[2] Di waktu Nabi Muhammad S.A.W. berada di
Mekah di tengah-tengah kaum musyirikin Beliau berkiblat ke Baitul Maqdis.
tetapi setelah 16 atau 17 bulan Nabi berada di Madinah ditengah-tengah orang
Yahudi dan Nasrani beliau disuruh oleh Tuhan untuk mengambil ka'bah menjadi
kiblat, terutama sekali untuk memberi pengertian bahwa dalam ibadat shalat itu
bukanlah arah Baitul Maqdis dan ka'bah itu menjadi tujuan, tetapi menghadapkan
diri kepada Tuhan. untuk persatuan umat Islam, Allah menjadikan ka'bah sebagai
kiblat.
[3] Umat Islam dijadikan umat yang adil dan
pilihan, karena mereka akan menjadi saksi atas perbuatan orang yang menyimpang
dari kebenaran baik di dunia maupun di akhirat.
[4] Maksudnya ialah Nabi Muhammad S.A.W. sering
melihat ke langit mendoa dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan Beliau
menghadap ke Baitullah.