Selalu Sertakan Allah Dalam Setiap Langkah Kaki Berpijak

Thursday, 16 October 2014

JALAN TERJAL PENDIDIKAN KARAKTER



JALAN TERJAL PENDIDIKAN KARAKTER
Pendahuluan
            Pemerintahan dan rakyat Indonesia, dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan karakter di berbagai macam tingkatan pendidikan. Mulai dari tingkatan dini (PAUD ), Sekolah Dasar, SMA, hingga perguruan tinggi.Yang mana melalui pendidikan karakter dapat melahirkan tunas-tunas bangsa yang lebih baik dengan ketinggian budi pekerti dan karakter.
            Kemunculan Kesadaran pentingnya pendidikan karakter untuk anak karena banyak fenomena yang ter jadi saat ini, contohnya disaat pengendara kendaraan tidak lagi menggunakan bunyi klakson untuk sebagai kode tapi digunakan untuk memmberi instruksi kepada pengendara lain untuk minggir dan mempersilahkan sipengendara lewat dengan kecepatan tinggi.
              Bangsa kita seakan sudah kehilangan kearifan lokal yang mana seharusnya menjadi ciri has negara ini, Parahnya lagi negara ini kekurangan pablik figur yang bisa jadi contoh kongkret, serta ditauladani oleh masyarakat. Maka tidak heran cetusan pendidikan karatkter, wajib di setiap bidang pendidikan, bagaikan kapal yang berlayar tanpa pedoman ditengah luasnya samudra.
Permasalahan
1.      Apa itu karakter dan pendidikan karakter ?
2.      Apa perbedaan Karakter dan kepribadian ?
3.      Apakah kecerdasan anak murni karena faktor keturunan ?

Pembahasan
Apa itu karakter dan pendidikan karakter ?
            Apa itu karakter yang sudah kita bicarakan sebelumnya ?. dan apa itu pendidikan karekter itu sendiri ?. Ada yang berpendapat “karakter” ini, berasal dari kata dalam bahasa latin, yaitu “Kharakter,” ‘kharassein,” dan “kharax” yang bermakna “tools for marking,” “to engrave,” dan “pointed stake.”
            Sepertinya para ahli memaknai karakter itu sendiri berbeda-beda. Menuruk American Dictionery of the english language, Karakter itu didefinisikan sebaga kualitas-kualitas yang teguh dan khusus yang dibangun dalam kehidupan seseorang, yang menentukan responya tanpa pengaruh kondisi-kondisi yang ada, atau nilai-nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
            Sementara dalam Kamus Bahasa Indonesia kata karakter diartikan tabiat, sifat-sifat jiwa, akhlak, atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan orang lain. Dari definisi diatas dapat dimengerti karakter adalah watak dan sifat-sifat yang menjadi dasar untuk membedakan seseorang dengan yang lainya.
            Dan menurut K.H Dewantara, karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Yang mana bersatunya antara gerak fikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan, yang kemudian menghasilkan tenaga. Dengan karakter menurut KH. Dewantara manusia akan menjadi pribadi yang merdeka sekaligus berkepribadian, dan dapat mengendalikan diri sendiri.
             Secara mudah karakter dapat dipahami segala sesuatu yang baik tahu nilai kebaikan dan berdampak baik bagi lingkungan. Secara koheran, karakter memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga, serta olah rasa seseorang atau sekelomok orang. Yang mana proses pembentukan dan perkembangnya dapat melalui dua hal yaitu, lingkungan dan bawaan.
Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4, yaitu :
1. Koleris         : tipe ini bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan, bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis     : tipe ini bercirikan suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis   : tipe ini bercirikan suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis   : tipe ini bercirikan suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
            Tapi disini kepribadian bukanlah karakter karena ada perbedaan antara keduanya, apakah itu ? kita lanjutkan kepembahasan selanjutnya.
Apa perbedaan Karakter dan kepribadian ?
            Kepribadian bukanlah karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4 kepribadian yang sudah kita sebutkan diatas, masing-masing kepribadian tersebut memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya, kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadian masing-masing.
            Nah, karakternya dimana? Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup, seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina, sejak usia dini (idealnya).
            Banyak saya perhatikan bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah, kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter kita tidaklah demikian. Karakter yang kita miliki selalu merupakan hasil pilihan diri kita sendiri.
            Ketahuilah bahwa kita mempunyai potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu. Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan kita sebagai sosok  pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter akan melindungi segala sesuatu yang kita hargai dalam kehidupan ini.
            Setiap orang bertanggung jawab atas karakternya. kita memiliki KONTROL PENUH atas karakter kita sendiri, artinya kita tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter yang buruk karena kita yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB pribadi diri setiap manusia.
            Karena perlu kita ingat dan kita renungi, Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik jari.
            Dari kalimat diatas dapat kita cerna berarti kecerdasan anak dan prestasinya belum tentu didapat hanya karena ayah dan ibunya cerdas dan pintar tetapi dibalik itu semua tetap harus ada pola pendidikan yang baik dari berbagai aspek, disinilah peran ibu dalam pembentukan karakter sangatlah penting.
Mendidik anak sejak dini
            Seringkali kita melihat ada anak yang tampak cerdas, trampil, berprestasi, dan menonjol di antara kawan-kawannya. Sebagai ibu kita tentu berharap demikian terjadi pada anak kita. Tapi terkadang muncul pemikiran; ah, kalau anak-anak itu pada dasarnya cerdas, IQ-nya tinggi pantas saja berprestasi. Lagian mereka juga dapat dukungan fasilitas karena orang tuanya kaya. Benarkah demikian bahwa hanya anak yang ber-IQ tinggi dan berasal dari keluarga kaya yang bisa meraih kesuksesan?. TIDAK ! bagaimana seorang anak bukanlah karena dia anak orang kaya tapi bagaimana dia dididik.
            Bukan karena IQ tinggi dan dukungan fasilitas lengkap yang menentukan keberhasilan seorang anak, meskipun tak dipungkiri hal ini ikut berperan. Karena kenyataan membuktikan; banyak orang sukses di usia dewasa justru berasal dari keluarga tidak mampu. Banyak orang-orang sukses dan berhasil menjadi pemimpin bukan karena kecerdasan otaknya, melainkan karena pengalaman dan kepribadiannya.
            Mereka mungkin berasal dari keluarga sederhana, dalam bimbingan dan tuntunan orang tua yang arif bijaksana, yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan positif, sehingga mereka pun tumbuh menjadi pribadi yang matang dan dewasa. Mereka mampu mengembangkan bakat dan potensi, serta ketrampilannya karena diberi kebebasan dalam mengekspresikan harapan dan cita-citanya.
            Untuk membina dan mengembangkan bakat si kecil orang tua bisa memulainya sejak usia dini. Usia antara 0 – 4 tahun yang sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), seorang anak mesti dikembangkan kemampuan otaknya. Yang perlu diperhatikan dari anak adalah seberapa jauh anak merasa diperhatikan, diberi kebebasan atau kesempatan untuk mengekspresikan ide-idenya, dihargai hasil karya atau prestasinya, didengar isi hatinya, tidak ada paksaan atau tekanan, ancaman terhadap dirinya dan mendapatkan layanan pendidikan sesuai tingkat usia dan perkembangan kejiwaannya.
            Pada usia mulai umur empat sampai enam tahun dikenal dengan usia wonder age sang Ibu mesti memberikan rangsangan/stimulus untuk mengembangkan kecerdasannya. Rangsangan pada anak usia itu antara lain memberikan sentuhan, menunjukkan warna-warni, atau mendengarkan suara hingga otaknya optimal menerima dan mempengaruhi kendali tubuh termasuk otak kanan dan kiri. Jika tidak diberikan rangsangan, maka akan menjadikan anak rentan terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Anak diberikan kebebasan untuk berbuat, maka akan membuat mereka benar-benar mandiri dan mampu mengendalikan dirinya sendiri. Namun sebaliknya, jika anak tidak diberikan kebebasan berbuat akan menjadikan dirinya tidak mandiri dan menggantungkan dirinya kepada orang lain.
            Anak yang defendent (ketergantungan) kepada orang lain, karena orang tuanya terlalu protektif sehingga dalam benak anak akan muncul rasa takut salah. Anak tidak diberikan kesempatan offensif sehingga muncul socio-conform, sehingga anak menjadi dependent. Oleh karena itu tidak usah heran jika ada anak yang sehari-harinya belajar sangat pinter dengan nilai-nilainya yang bagus. Namun kurang bersosialisasi atau tidak berani, takut, merasa malu ketika berdiskusi atau menyampaikan pendapat. Anak menjadi self relation atau hanya mampu bersosialisasi dengan dirinya saja tanpa dengan orang lain.
            Anak-anak yang tumbuh dalam tekanan-tekanan, misalnya rasa takut, khawatir, stress, dan sebagainya ketika remajanya akan merasakan suatu dorongan-dorongan agresif atau nakal yang menimbulkan efek negatif. Mungkin anak itu kreatif tetapi kreatifitasnya menuju ke arah yang negatif, bahkan bisa ke arah sadis. Tetapi jika anak-anak diperhatikan (care), bahkan sejak masa bayi hingga muncul rasa semangat, maka petumbuhannya akan sangat teratur sekali sehingga dia berpikir logis, lebih memperhatikan (care) kepada orang lain.
            Ibu memiliki peran sangat besar terhadap pendidikan anak-anak mulai sejak bayi. Ketika beranjak lebih besar lebih bagus jika anak itu dikirimkan ke child care atau kelompok bermain. Meskipun untuk saat sekarang yang mampu menitipkan anaknya ke tempat bermain adalah orang-orang yang kelas ekonominya menengah ke atas, karena kelompok menengah ke bawah jarang yang menitipkan anaknya di kelompok bermain. Namun demikian yang diperlukan dari seorang ibu adalah tahu cara mengasuh anak karena itu bagian dari tujuan pendidikan, sehingga anak-anak akan tumbuh dengan baik bukan hanya secara fisik saja tetapi juga berkembang secara psikologisnya dan secara neurosis.
             Dan juga, disamping seorang anak dididik sejak dini dengan psikologi yang baik sesuai dengan umur dan kecendrungnya, anak juga harus mendapatkan nilai-nilai spiritual dan keagamaan yang baik dan kuat, karena tidak dapat dipungkiri 8 dari 10 orang yang mengerti nilai-nilai dan norma agama yang kuat maka karakteristik yang ada dalam diri mereka akan semakin baik. Karena itu nilai spiritual keagamaan juga sangat penting dalam pembentukan karakteristik anak.

No comments:

Follow Us @cha2kiyut