JALAN TERJAL PENDIDIKAN KARAKTER
Pendahuluan
Pemerintahan dan rakyat
Indonesia, dewasa ini tengah gencar-gencarnya mengimplementasikan pendidikan
karakter di berbagai macam tingkatan pendidikan. Mulai dari tingkatan dini
(PAUD ), Sekolah Dasar, SMA, hingga perguruan tinggi.Yang mana melalui
pendidikan karakter dapat melahirkan tunas-tunas bangsa yang lebih baik dengan
ketinggian budi pekerti dan karakter.
Kemunculan Kesadaran
pentingnya pendidikan karakter untuk anak karena banyak fenomena yang ter jadi
saat ini, contohnya disaat pengendara kendaraan tidak lagi menggunakan bunyi
klakson untuk sebagai kode tapi digunakan untuk memmberi instruksi kepada
pengendara lain untuk minggir dan mempersilahkan sipengendara lewat dengan
kecepatan tinggi.
Bangsa kita seakan sudah kehilangan kearifan
lokal yang mana seharusnya menjadi ciri has negara ini, Parahnya lagi negara
ini kekurangan pablik figur yang bisa jadi contoh kongkret, serta ditauladani
oleh masyarakat. Maka tidak heran cetusan pendidikan karatkter, wajib di setiap
bidang pendidikan, bagaikan kapal yang berlayar tanpa pedoman ditengah luasnya
samudra.
Permasalahan
1.
Apa itu karakter dan pendidikan karakter ?
2.
Apa perbedaan Karakter dan kepribadian ?
3.
Apakah kecerdasan anak murni karena faktor keturunan ?
Pembahasan
Apa itu karakter dan pendidikan karakter ?
Apa itu karakter yang
sudah kita bicarakan sebelumnya ?. dan apa itu pendidikan karekter itu sendiri
?. Ada yang berpendapat “karakter” ini, berasal dari kata dalam bahasa latin,
yaitu “Kharakter,” ‘kharassein,” dan “kharax” yang bermakna “tools for
marking,” “to engrave,” dan “pointed stake.”
Sepertinya para ahli
memaknai karakter itu sendiri berbeda-beda. Menuruk American Dictionery of
the english language, Karakter itu didefinisikan sebaga kualitas-kualitas
yang teguh dan khusus yang dibangun dalam kehidupan seseorang, yang menentukan
responya tanpa pengaruh kondisi-kondisi yang ada, atau nilai-nilai kebaikan
dalam bentuk tindakan atau tingkah laku.
Sementara dalam Kamus
Bahasa Indonesia kata karakter diartikan tabiat, sifat-sifat jiwa, akhlak,
atau budi pekerti yang membedakan sesorang dengan orang lain. Dari definisi
diatas dapat dimengerti karakter adalah watak dan sifat-sifat yang menjadi
dasar untuk membedakan seseorang dengan yang lainya.
Dan menurut K.H Dewantara,
karakter itu sebagai watak atau budi pekerti. Yang mana bersatunya antara gerak
fikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan, yang kemudian menghasilkan tenaga.
Dengan karakter menurut KH. Dewantara manusia akan menjadi pribadi yang merdeka
sekaligus berkepribadian, dan dapat mengendalikan diri sendiri.
Secara mudah karakter dapat dipahami segala
sesuatu yang baik tahu nilai kebaikan dan berdampak baik bagi lingkungan.
Secara koheran, karakter memancar dari hasil olah pikir, olah hati, olah raga,
serta olah rasa seseorang atau sekelomok orang. Yang mana proses pembentukan
dan perkembangnya dapat melalui dua hal yaitu, lingkungan dan bawaan.
Secara umum kepribadian manusia ada 4 macam dan ada
banyak sekali teori yang menggunakan istilah yang berbeda bahkan ada yang
menggunakan warna, tetapi polanya tetap sama. Secara umum kepribadian ada 4,
yaitu :
1. Koleris : tipe ini
bercirikan pribadi yang suka kemandirian, tegas, berapi-api, suka tantangan,
bos atas dirinya sendiri.
2. Sanguinis : tipe ini bercirikan
suka dengan hal praktis, happy dan ceria selalu, suka kejutan, suka sekali
dengan kegiatan social dan bersenang-senang.
3. Phlegmatis : tipe ini bercirikan
suka bekerjasama, menghindari konflik, tidak suka perubahan mendadak, teman
bicara yang enak, menyukai hal yang pasti.
4. Melankolis : tipe ini bercirikan
suka dengan hal detil, menyimpan kemarahan, Perfection, suka instruksi yang
jelas, kegiatan rutin sangat disukai.
Tapi disini kepribadian
bukanlah karakter karena ada perbedaan antara keduanya, apakah itu ? kita
lanjutkan kepembahasan selanjutnya.
Apa perbedaan Karakter dan kepribadian ?
Kepribadian bukanlah
karakter. Setiap orang punya kepribadian yang berbeda-beda. Nah dari ke 4
kepribadian yang sudah kita sebutkan diatas, masing-masing kepribadian tersebut
memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Misalnya tipe koleris identik
dengan orang yang berbicara “kasar” dan terkadang tidak peduli, sanguin pribadi
yang sering susah diajak untuk serius, phlegmatis sering kali susah diajak
melangkah yang pasti dan terkesan pasif, melankolis terjebak dengan dilemma
pribadi “iya” dimulut dan “tidak” dihati, serta cenderung perfectionis dalam
detil kehidupan serta inilah yang terkadang membuat orang lain cukup kerepotan.
Tiap manusia tidak bisa memilih kepribadiannya,
kepribadian sudah hadiah dari Tuhan sang pencipta saat manusia dilahirkan. Dan
setiap orang yang memiliki kepribadian pasti ada kelemahannya dan kelebihannya
di aspek kehidupan social dan masing-masing pribadian masing-masing.
Nah, karakternya dimana?
Saat tiap manusia belajar untuk mengatasi kelemahannya dan memperbaiki
kelemahannya dan memunculkan kebiasaan positif yang baru maka inilah yang
disebut dengan karakter. Misalnya, seorang koleris murni tetapi sangat santun
dalam menyampaikan pendapat dan instruksi kepada sesamanya, seorang yang
sanguin mampu membawa dirinya untuk bersikap serius dalam situasi yang
membutuhkan ketenangan dan perhatian fokus. Itulah Karakter. Pendidikan
Karakter adalah pemberian pandangan mengenai berbagai jenis nilai hidup,
seperti kejujuran, kecerdasan, kepedulian dan lain-lainnya. Dan itu adalah
pilihan dari masing-masing individu yang perlu dikembangkan dan perlu di bina,
sejak usia dini (idealnya).
Banyak saya perhatikan
bahwa orang-orang dengan karakter buruk cenderung mempersalahkan keadaan
mereka. Mereka sering menyatakan bahwa cara mereka dibesarkan yang salah,
kesulitan keuangan, perlakuan orang lain atau kondisi lainnya yang menjadikan
mereka seperti sekarang ini. Memang benar bahwa dalam kehidupan, kita harus
menghadapi banyak hal di luar kendali kita, namun karakter kita tidaklah
demikian. Karakter yang kita miliki selalu merupakan hasil pilihan diri kita
sendiri.
Ketahuilah bahwa kita mempunyai
potensi untuk menjadi seorang pribadi yang berkarakter, upayakanlah itu.
Karakter, lebih dari apapun dan akan menjadikan kita sebagai sosok pribadi yang memiliki nilai tambah. Karakter
akan melindungi segala sesuatu yang kita hargai dalam kehidupan ini.
Setiap orang bertanggung
jawab atas karakternya. kita memiliki KONTROL PENUH atas karakter kita sendiri,
artinya kita tidak dapat menyalahkan orang lain atas karakter yang buruk karena
kita yang bertanggung jawab penuh. Mengembangkan karakter adalah TANGGUNG JAWAB
pribadi diri setiap manusia.
Karena perlu kita ingat
dan kita renungi, Karakter tidak bisa diwariskan, karakter tidak bisa dibeli
dan karakter tidak bisa ditukar. Karakter harus DIBANGUN dan DIKEMBANGKAN
secara sadar hari demi hari dengan melalui suatu PROSES yang tidak instan. Karakter
bukanlah sesuatu bawaan sejak lahir yang tidak dapat diubah lagi seperti sidik
jari.
Dari kalimat diatas dapat
kita cerna berarti kecerdasan anak dan prestasinya belum tentu didapat hanya
karena ayah dan ibunya cerdas dan pintar tetapi dibalik itu semua tetap harus
ada pola pendidikan yang baik dari berbagai aspek, disinilah peran ibu dalam
pembentukan karakter sangatlah penting.
Mendidik anak sejak dini
Seringkali kita melihat
ada anak yang tampak cerdas, trampil, berprestasi, dan menonjol di antara kawan-kawannya.
Sebagai ibu kita tentu berharap demikian terjadi pada anak kita. Tapi terkadang
muncul pemikiran; ah, kalau anak-anak itu pada dasarnya cerdas, IQ-nya tinggi
pantas saja berprestasi. Lagian mereka juga dapat dukungan fasilitas karena
orang tuanya kaya. Benarkah demikian bahwa hanya anak yang ber-IQ tinggi dan
berasal dari keluarga kaya yang bisa meraih kesuksesan?. TIDAK ! bagaimana
seorang anak bukanlah karena dia anak orang kaya tapi bagaimana dia dididik.
Bukan karena IQ tinggi dan
dukungan fasilitas lengkap yang menentukan keberhasilan seorang anak, meskipun
tak dipungkiri hal ini ikut berperan. Karena kenyataan membuktikan; banyak
orang sukses di usia dewasa justru berasal dari keluarga tidak mampu. Banyak
orang-orang sukses dan berhasil menjadi pemimpin bukan karena kecerdasan
otaknya, melainkan karena pengalaman dan kepribadiannya.
Mereka mungkin berasal
dari keluarga sederhana, dalam bimbingan dan tuntunan orang tua yang arif
bijaksana, yang mengajarkan nilai-nilai kehidupan positif, sehingga mereka pun
tumbuh menjadi pribadi yang matang dan dewasa. Mereka mampu mengembangkan bakat
dan potensi, serta ketrampilannya karena diberi kebebasan dalam mengekspresikan
harapan dan cita-citanya.
Untuk membina dan
mengembangkan bakat si kecil orang tua bisa memulainya sejak usia dini. Usia
antara 0 – 4 tahun yang sering disebut sebagai masa keemasan (golden age),
seorang anak mesti dikembangkan kemampuan otaknya. Yang perlu diperhatikan dari
anak adalah seberapa jauh anak merasa diperhatikan, diberi kebebasan atau
kesempatan untuk mengekspresikan ide-idenya, dihargai hasil karya atau
prestasinya, didengar isi hatinya, tidak ada paksaan atau tekanan, ancaman
terhadap dirinya dan mendapatkan layanan pendidikan sesuai tingkat usia dan
perkembangan kejiwaannya.
Pada usia mulai umur empat
sampai enam tahun dikenal dengan usia wonder age sang Ibu mesti memberikan
rangsangan/stimulus untuk mengembangkan kecerdasannya. Rangsangan pada anak
usia itu antara lain memberikan sentuhan, menunjukkan warna-warni, atau
mendengarkan suara hingga otaknya optimal menerima dan mempengaruhi kendali
tubuh termasuk otak kanan dan kiri. Jika tidak diberikan rangsangan, maka akan
menjadikan anak rentan terhadap pertumbuhan dan perkembangan. Anak diberikan
kebebasan untuk berbuat, maka akan membuat mereka benar-benar mandiri dan mampu
mengendalikan dirinya sendiri. Namun sebaliknya, jika anak tidak diberikan
kebebasan berbuat akan menjadikan dirinya tidak mandiri dan menggantungkan
dirinya kepada orang lain.
Anak yang defendent
(ketergantungan) kepada orang lain, karena orang tuanya terlalu protektif
sehingga dalam benak anak akan muncul rasa takut salah. Anak tidak diberikan
kesempatan offensif sehingga muncul socio-conform, sehingga anak menjadi
dependent. Oleh karena itu tidak usah heran jika ada anak yang sehari-harinya
belajar sangat pinter dengan nilai-nilainya yang bagus. Namun kurang
bersosialisasi atau tidak berani, takut, merasa malu ketika berdiskusi atau
menyampaikan pendapat. Anak menjadi self relation atau hanya mampu
bersosialisasi dengan dirinya saja tanpa dengan orang lain.
Anak-anak yang tumbuh
dalam tekanan-tekanan, misalnya rasa takut, khawatir, stress, dan sebagainya
ketika remajanya akan merasakan suatu dorongan-dorongan agresif atau nakal yang
menimbulkan efek negatif. Mungkin anak itu kreatif tetapi kreatifitasnya menuju
ke arah yang negatif, bahkan bisa ke arah sadis. Tetapi jika anak-anak
diperhatikan (care), bahkan sejak masa bayi hingga muncul rasa semangat, maka
petumbuhannya akan sangat teratur sekali sehingga dia berpikir logis, lebih
memperhatikan (care) kepada orang lain.
Ibu memiliki peran sangat
besar terhadap pendidikan anak-anak mulai sejak bayi. Ketika beranjak lebih
besar lebih bagus jika anak itu dikirimkan ke child care atau kelompok bermain.
Meskipun untuk saat sekarang yang mampu menitipkan anaknya ke tempat bermain
adalah orang-orang yang kelas ekonominya menengah ke atas, karena kelompok
menengah ke bawah jarang yang menitipkan anaknya di kelompok bermain. Namun
demikian yang diperlukan dari seorang ibu adalah tahu cara mengasuh anak karena
itu bagian dari tujuan pendidikan, sehingga anak-anak akan tumbuh dengan baik
bukan hanya secara fisik saja tetapi juga berkembang secara psikologisnya dan
secara neurosis.
Dan juga, disamping seorang anak dididik sejak
dini dengan psikologi yang baik sesuai dengan umur dan kecendrungnya, anak juga
harus mendapatkan nilai-nilai spiritual dan keagamaan yang baik dan kuat,
karena tidak dapat dipungkiri 8 dari 10 orang yang mengerti nilai-nilai dan norma
agama yang kuat maka karakteristik yang ada dalam diri mereka akan semakin
baik. Karena itu nilai spiritual keagamaan juga sangat penting dalam
pembentukan karakteristik anak.
No comments:
Post a Comment